Kamis, 01 Maret 2012

KUMPULAN PUISI KEMATIAN

Kematian
oleh Kahlil Gibran
Biarkan aku terbaring dalam lelapku,
kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,
dan biarkan daku istirahat,
kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,
dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,
dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini,
kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.
~ Khalil Gibran~

Puisi Kematian Terindah untukmu, Saudaraku..

Saudaraku, ingatlah MATI
Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati
Tapi mengapa kau tak pernah peduli
Engkau lebih memilih dunia yang hina ini.

Dalam doa kau meminta khusnul Khotimah
Tapi pandanganmu akan dunia tak terarah
Kau masih mencari dunia yang belum terjamah
Sehingga lupa keinginanmu meraih Jannah.

Setiap nafsu yang kau hembuskan dalam hidupmu
Tak terpuaskan walau dua gunung emas mengelilingimu
Hingga kau tertidur dalam pelukan hangat istrimu
Dan kau terbuai dalam angan dan mimpi indahmu.

Gelap matamu akan nasib di akhirat nanti
Ketika ditanya apa yang kau kerjakan selama ini
Nanti kau akan ditanya sendiri-sendiri
Kau pun tidak akan dapat melarikan diri
Dari panas dan teriknya matahari
Dari dosa-dosa yang kau lakukan setiap hari.

Semoga medan jihad mengantarkan kematianku
Atau saat Sujud shalat aku menghadap Rabbku
Atau saat Hari Jum’at sebagai hari terakhirku
Atau saat amalan terbaikku,
Malaikat maut melepas jasadku.

Amin…


Aku Dimakamkan Hari Ini

Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terjelas langkah-langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang
sendiri menunggu keputusan
Menyesal sudah tak mungkin,
tobat tak lagi dianggap,
dan maafpun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri
Tuhanku,
Jika kau beri akau satu lagi kesempatan,
Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu
beberapa hari saja…
aku harus berkeliling memohon maaf pada mereka
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku,
yang selama ini telah kusakiti hatinya,
yang selama ini telah aku bohongi
begitu sesal diri ini
karena hari-hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-siaan
Aku dimakamkan hari ini
dan semua menjadi tak termaafkan,
dan semua menjadi tak terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan


PUISI KEMATIAN KU

Lagit yang dulu cerah berganti awan gelap gulita
udara yang dulu sejuk kini berganti sangat menusuk kulit ku ini
kicauan burung yang dulu merdu kini pergi entah kemana
gambaran keluarga yang ada di dinding kamar hanya teringat di bayang-bayang semata



tangis di sana sini
teriakan keluar begitu saja
kemana bumi mambawa tubuh ini?
kamana mereka semua para sahabatku?
terdiam di pembaringan?
yah itulah yang akan aku alami suatu hari nanti...
kau juga akan merasakannya wahai Teman

di ufuk barat matahari tenggelam
di ufuk timur akan kembali terbenam
dulu ku dilahirkan ke bumi
dan suatu saat nanti ku akan kembali ke bumi
MATI DIAM DAN SUNYI

senyum akan hilang berganti air mata
tawa akan lenyap diiringi tangisan para manusia
akan kemana akhir perjalanan ini?
hanya DIA sang pencipta yang tau jawabnya
beristirahat?
hahahah
beristirahat adalah kata TERBAIK memaknai kejadian ini
dan MATI adalah kata yang menakutkan untuk menjelaskannya

SADARKAN DIRI
SUATU SAAT KITA MATI...
MATI.....
MATI.....

PANTASKAH KITA MELUPAKANNYA?



Ketika Menyadari Kematian

Ada Sebuah puisi renungan
tentang kematian dari seorang
ulama besar Imam Al-Ghazali

Sunngguh, Kematian pasti akan tiba
dan Tuhan sudah menentukan waktunya
Orang yang merasa bahwa
kematian menjadi kepastiannya
akan senantiasa menyadari bahwa

Ada masa dimana Tanah menjadi tempat pembaringannya;
Ulat menjadi temannya, Munkar dan Nakir menjadi tamunya;
Kuburan menjadi tempat tinggalnya;
Perut bumi menjadi tempat menetapnya;
Surga atau neraka menjadi tempat kembalinya,

Orang berminan tidak punya fikiran lain
selain tentang kematian,
dan tidak mengingat kecuali kepadanya

tidak melakukan persiapan kecuali untuknya
tidak melakukan usaha kecuali untuknya
tidak berambisi kecuali kepadanya
tidak melakukan pendakian kecuali di atasnya;
tidak punya perhatian kecuali terhadapnya;
tidak mengumpulkan daya kekuatan
kecuali untuk menghadapinya;
dan tidak ada penantian
dan kesiap-siagaan kecuali untuknya.



indahnya kematian

Sayang,
Selimuti tubuhku, karna ia sedang berjuang melawan sakratur maut
Tutupkan kedua kelopak matanya, agar ia dapat tenang dari deritanya
Ia teramat lelah menantimu, hingga waktu menjemputnya ke alam yang membebaskan dari penderitaan duniawi
Sayang, ia juga teramat lelah dengan perasaan cemburu padamu
Ia teramat khawatir saat engkau teramat jauh padanya, hingga kini kukabarkan perasaan dirinya yang telah melepuh , kemudian sakitnya bertambah hingga malaikat maut telah datang untuk membebaskan deritanya
Sayang, aku tahu kau takkan menangis
Buanglah jauh-jauh tangis dusta mu
Aku tahu kau takkan pernah menangisi kehilanganku

Puisi tentang Kematian

Hidup bagai mengukir
tulisan di atas pasir
Arus kan menyisir
lepas ke samudera mengair
Angin kan mengusir
lapang menuju tabir

Di sini aku menangisi
Raga yang tak kembali
Di hati aku meratapi
Hari yang mulai menyepi

Lorong itu kelam
Memuja malam
Sekelebat dian temaram
Merayu jiwa nan tentram

Oh raga yang dikuasai dewa malam
Oh sepi yang dirupai mimbar silam
Mengais-ngais engkau mendekam
Merangkak-rangkak engkau mengeram

Tak lagi aku melihat dikau
Kasih tersayang pelipur lara
Tak lagi aku mengecup dikau
Masih membayang pengobat duka

Ragamu hancur luluh
Alam telah menyambutmu

Wahai dikau pembakar suluh
Menghardik jiwa yang rikuh
Dengan itu dikau dikenang
dengan itu dikau terkenang

Usah gelisahkan jiwa yang tersisa
Lepaslah dikau ke samudera lepas
Usah hiraukan jiwa yang lara
Sambutlah tabir jiwa yang lepas


Kau akan hidup, sayangku
Selalu akan hidup
Karena hidup itu
Bukanlah sekadar raga yang redup
Karena hidup itu
Adalah jiwa yang terdekap
Karena hidup itu
Adalah dikau jiwa abadi


A tribute to :
dr.Erichma, Spa.
(1948-2011)

Puisi kematian

Aku terbangun dalam doa dalam sujud -sujud yang panjang
bergetar hati tuk panjatkan doa
gemuruh rupa, terduduk dalam sepi di keheningan hari yang meyapa subuh
tengadah tangan tuk berdoa menyambut kematian di pagi subuh
terisak meyambut doa tuk katakan maaf dan ampunkan dia walau detik telah menunggu
hitungan waktu terus berputar menemani waktu yang kian sempit
setelah berdoa tertidur dalam hitungan waktu yang terus berputar
meminta diakhiri agar mudah menjemput ajal
terbangun menjelang subuh ditanya namaku
oh aku tidak pergi wahai sang orang yang kucinta
kulihat mata itu menatap atas melihat malaikat maut
ku ucap di telingganya kata Syahadat tuk menghadap ilahi
meyebut Allah sebelum ajal mejemput bahagia diri
lalu katakan inalillahi wainnailahi rojiun
dan wafat di pangkuanku ketika Subuh itu menyambutnya
dengan tenang

Saya Sedikit Kupu-kupu

© Barbara Ann Rogers © Barbara Ann Rogers
Today a little butterfly flew by me. Hari ini kupu-kupu kecil terbang oleh saya.
I thought to myself where have you been little butterfly. Saya berpikir mana saja kau kupu-kupu kecil.
You come into this world as a cocoon all by yourself and blossom into Anda datang ke dunia ini sebagai kepompong semua sendiri dan berkembang menjadi
this beautiful butterfly and fly off to see the world. ini kupu-kupu indah dan terbang melihat dunia.
What you don't realize little butterfly as you flutter through your days Apa yang Anda tidak menyadari kupu-kupu kecil yang Anda berdebar melalui hari-hari Anda
is how you touch those around you in your soft gentle way. adalah bagaimana Anda menyentuh orang di sekitar Anda dengan cara yang lembut lembut Anda.
You don't even realize the wonder and awe you create around you. Anda bahkan tidak menyadari heran dan kagum Anda membuat sekitar Anda.
she fluttered her wings toward me as if she was waving good-by as she dia berkibar sayapnya ke arahku seolah ia melambaikan selamat oleh karena ia
headed towards the horizon. menuju ke cakrawala.
She looked very happy and content as she went on her way, as if to say Dia tampak sangat bahagia dan puas saat ia melanjutkan perjalanan, seolah berkata
to me “Don't worry I'll be okay”. kepada saya "Jangan khawatir saya akan baik-baik saja".
I was sad to see her go for she had touched my heart in such a way that Saya sedih melihatnya pergi karena ia telah menyentuh hati saya sedemikian rupa sehingga
I knew my life would never be the same. Saya tahu hidup saya tidak pernah akan sama.
She had left an imprint of all the beauty life has to offer. Dia telah meninggalkan jejak semua kehidupan keindahan yang ditawarkan.
I knew each time I looked at another butterfly or horizon I would Aku tahu setiap kali aku melihat kupu-kupu lainnya atau cakrawala saya akan
remember our moment in time when it was only her and I. ingat saat kita di saat itu hanya dia dan I.
I knew I would be a better person all because this little butterfly flew by Aku tahu aku akan menjadi orang yang lebih baik karena ini semua kupu-kupu kecil terbang oleh
me one bright sunny day. suatu hari yang cerah.


Snowy, My Love

© Katrionna Eady © Katrionna Eady
I wanted to marry her. Aku ingin menikahinya.
Her love was the only cure Cintanya adalah satu-satunya obat
for the heartbreak I seen. untuk patah hati, aku melihat.
For her heart had been Untuk hatinya telah
where I had when it broke. di mana saya ketika itu pecah.
And that's where we choked. Dan di sanalah kita tersedak.

The first year was magic. Tahun pertama adalah sihir.
The second, I wanted to marry her. Yang kedua, saya ingin menikahinya.
the third, it was when it was tragic yang ketiga, itu adalah saat itu tragis
when her heart stopped and she hit the dirt. ketika hatinya berhenti dan dia memukul tanah.

a jealous past was all it took. masa lalu yang cemburu adalah semua yang dibutuhkan.
Now, Snowy's grave is where I look, Sekarang, makam Snowy adalah di mana saya melihat,
wishing I could rewind to the past berharap aku bisa mundur ke masa lalu
and say I love you to her like it was my last. dan mengatakan aku mencintaimu kepadanya seperti itu adalah terakhir saya.

No hug, no kiss, no promises of love. Tidak ada pelukan, ciuman, tidak ada janji-janji cinta.
only the words, "I'll wait for you in heaven above." hanya kata-kata, "Aku akan menunggumu di langit di atas."
so to show me what love was and could be jadi untuk menunjukkan apa itu cinta adalah dan bisa menjadi
she took a knife in the back and died for me. ia mengambil pisau di belakang dan mati untuk saya.

4 komentar: